kenapa? emang frenster buat pundi amal ya?
bukan. rasa terima kasih ini diberikan karena hadirnya jejaring sosial ini (menurut saya) secara tidak langsung telah meningkatken jumlah pengguna internet di indonesia secara umum.
beberapa tahun lalu baca di koran, bahwa tingkat penggunaan internet di indonesia jauh tertinggal dari negara negara di asia. janganlah dibandingkan dengan negara di kawasan asia timur, tapi untuk asia tenggara aja masi kalah dengan vietnam atau filipina. padahal jumlah penduduknya paling gede.
tapi.. kenapa harus fs yang harus diberi terima kasih? intronya gini: gw masi inget kapan pertama kali tahu frenster. empat tahun yang lalu, dan ada yang menanyakan ‘sudah punya efes?’ eh bukan efes tapi masi friendster (singkatan itu belum populer masa itu), dan gw pun bertanya tanya dalem hati apa sih tuh makhluk. dan gw pun ikutan join dengan tetap meraba raba. pengalaman pahit dan manis dah pernah gw rasain di situs yang bermarkas di negara merlion ini. misalnya, kita bisa lihat dan tau kabar temen temen lama nan jauh dan menyebar dimanamana, dan kalo nyari by nama kota asal masi sedikit hasil querynya. atau juga tragedi lupa logout -belum tahu kalo ga dilogout, sessionnya bakalan tetep ada- profil gw berubah padahal gw yakin ga ngerubah. emang sih doyan tidur, tapi sulit dibenarkan kalo gw malem malem ngelindur sambil ileran terus konek inet terus login terus ngedit. mending kalo berubahnya positif, tapi ini diedit dengan isi yang tidak se.no.no.h. akibatnya gw langsung buat account baru lagi. dah disini lah bermula menjamurnya gw punya account. ohya belum cerita ya, gw punya banyak akun di fs, bukannya karena kebanyakan temen dan kemudian pake nama ~nama satu, ~nama dua.. tapi karena keisengan gw nyoba fitur dan ngecek apa yang dilihat kalo gw sebagai akun lain. kalo ga bener, gw paling sedikit punya 4 fs.. dan hanya satu yang gw (was) sering diurus. selebihnya jadi insto.. sekali tetes, buang.
ngobrolin tentang account.. gw ga cuman di fs yang lebih dari satu accountnya, boleh di list: wp 5, blogspot 4, gmail 4, yahoo (yang masi belum expired) ada 7 termasuk ymail-nya -yang expired lebih banyak lagi, karena ada yang buatnya dari smp doeloe-, multiply 2, deviant 2 (yang satunya buat komunitas), dan untungnya latah kebiasaan buat account lebih dari satu sudah sembuh. tapi tetep aja gw punya banyaak. fb, myspace, id.wiki, kaskus, mangashare, gendou, 4shared, digg, plurk, n berbagai forum yang gw sendiri dah lupa user id n passwordnya. yang terakhir register adalah twitter.. kayaknya gw blum punya apple id nih *ngelirik maruk* hehehe
lho kok gitu sih.. lho kok marah.. jangan gitu sayang… jangan gitu sayang ngomongin saya punya account. balik ke headline. *umm sampe mana tadi*
hadirnya frenster sebagai media mencari teman, berkembang jauh menjadi tren di generasi muda kita. mulai dari cari tahu info tentang sumwan… yang terlintas di benak langsung cari tahu nama or email nya apa.. trus searching fsnya, sssttt pengalaman nih. dan yang namanya tren ada masanya. ketika sudah jenuh dengan tingkah laku berbalas comment, tanpa disadari user sudah familiar dengan inet.
memang bukan ini satu satunya ini faktor menanjaknya kebutuhan inet sekarang. perkembangan sistem informasi sudah pasti diikuti dengan mudahnya menguasai teknologi. tapi satu yang menjadi catatan, dengan sudah adanya pengalaman menyenangkan akan internet, menjadi pemicu untuk mengeksplor dan berkenalan tentang hal lainnya. contoh kasus sederhana. user yang awalnya awam atau gaptek dan terpaksa ikutan jejaring sosial, pasti sebelumnya dia punya email (belajar buat email), tahu cara upload gambar, sedikit mengubah layout (belajar coding tanpa dia sadari), dan gampang dia telah tahu keuntungan internet serta ngga takut lagi menceburkan diri lebih jauh.
bisa dikatakan disini, kalo fs itu jembatan. dan jembatan itu sudah dilewati (kecuali yang emang masih doyan ngumpulin comment ampe ratusan ribu).. bagi yang masi suka seneng seneng atau sudah menggunakan inet menjadi media yang berguna mencari uang, bisa join ke yang lebih simple, akomodatif, dll.
masih ada yang disayangkan. ternyata animo besar tidak membuat vendor penyedia layanan telekomunikasi turut memajukan kecerdasan bangsa. sepatutnya, yang sudah mendapat untung berlimpah, agar tidak pelit memberikan fasilitas. singkatnya, sekarang biaya internet di indonesia mahal sekali. kebetulan saya berada di pemukiman yang ada peradabannya (baca rt-rw lan) saat ini komputer ini terhubung dengan setidaknya 150an pc/laptop via cable. sehari hari pertukaran data rata rata puluhan giga an. sekarang bandingkan dengan tarif salah satu layanan internet yang katanya pita lebar (broadband) yang dikenakan biaya 400ribu untuk 3Gb. sudah biaya mahal, transfer ratenya juga kalah jauh. gw tahu, yang dibandingin adalah lan dekat dengan inet yang mendunia. tapi intinya, teknologi yang digunakan saat ini sebenarnya bisa saja diupgrade dan t*lkom tetep dapet untung besar. strategi bisnis kayaknya emang jadi alasan untuk menunda pemakaian sistem yang lebih maju. tapi apakah kecerdasan bangsa harus menunggu? haruskan langkah kita tertahan, padahal bangsa lain sudah berlari (bahkan terbang) ke depan